Musik Campur Sari

(Sekilas Tentang Musik) : MUSIK CAMPURSARI…

Dari namanya saja, CAMPURSARI, ada kesan yang campur aduk, gabungan aneka ragam. Dalam konteks ini, campursari merupakan salah satu genre musik Jawa yang memadukan antara alat musik tradisional (dalam hal ini gamelan Jawa) dengan alat musik moderen. Diperkirakan aliran campursari sendiri sudah muncul semenjak tahun 1960an, dimulai masa kejayaan penyanyi langgam Jawa terkenal Waldjinah. Saya sendiri memang kurang banyak paham tentang asal usul campursari itu sendiri, namun saya sangat menikmati irama campursari itu meskipun kesannya pada awal merupakan musik milik kaum kebanyakan.

Biasanya alat musik yang dipakai untuk campursari ini menggabungkan sebagian dari gamelan Jawa dan sebagian alat musik moderen. Biasanya perangkat gamelan yang dipakai antara lain :

1.Slenthem
2.Peking
3.Kendhang
4.Gong
5.Bonang (tidak semua bagian)
6.Suling

Itupunng bisa ditambah dan dikurangi sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan alat musik moderen yang paling sering dipakai antara lain

1.Organ tunggal
2.Gitar (kadang-kadang)

Biasanyang organ tunggal dipakai disegala sisi, karena iramanya dianggap kuat sehingga tidak dibutuhkan banyak alat musik. Bahkan kadang dalam pementasan di kampung-kampung, hanya dengan satu organ tunggal sudah cukup untuk menampilkan campursari Jawa ini. Nah, jenis musik satu ini merupakan salah satu bentuk popularisasi dari musik tradisional Jawa yang bersifat sekuler, karena lebih mengutamakan unsur menghibur. Campursari ini bisa dijadikan bentuk pop atau digabungkan dengan musik dangdut.

Bahkan musik pengiring pengantin seperti kebo giro sekalipun telah dimodifikasi dengan organ tunggal.

Dimana-mana,ng baik di angkutan umum, hajatan (sunat maupun kawinan), atau dalam situasi santai sehari-haripun musik campursari selalu terdengar, dijual dimana-mana, baik dalam bentuk kaset, cakram padat atau MP3. Karaoke campursaripun selalu laris manis, sampai-sampai para pelantun campursaring ini pun mempunyai penggemar masing-masing. Lagu-lagunya pun bervariasi mulai bercerita soal kehidupan sampai tentunya soal cinta. Tapi yang suka bikin saya sebel adalah kalau temanya ditinggal minggat (tau kan yang saya maksud)…ya, sri minggat yang sangat populer sampai dibuat sambungannya yakni sri bali (sri kembali) yang kesemuanya adalah karya Soni Joss. Selain itu lagu-lagu seperti lingsir wengi, ojo dipleroki, prau layar, gambang suling, ayo ngguyu, nyidam sari, gethuk, stasiun balapan, sewu kutho dan seterusnya merupakan sebagian dari banyak lagu-lagu campursari yang digandrungi masyarakat khususnya masyarakat Jawa saat ini, bahkan gaungnyapun sampai ke masyarakat Jawa Suriname (entah Jawa Malaysia) dimana nama Didi Kempot dan Waldjinah menjadi jaminan digemari.

Namun sayangnya, campursari ini masih dianggap sebagai musik kelas bawah, dimana masyarakat kelas menengah kebawahlah yang menjadi pendukung jenis kesenian satu ini. Saya sendiripun hanya sebagian lagu campursari yang saya sukai, biasanya yang saya pelajari adalah seni suaranya yang merupakan modifikasi juga dari seni vokal Jawa yang mendayu-dayu. Minat masyarakat masih sangat tinggi, buktinya dengan maraknya lagu2 campursari dimana-mana, lomba campursari bahkan sampai ke televisi-televisi swastapun ada.

Campursari Janger

Ada satu lagi varian campursari yang subur di Banyuwangi, ujung timur pulau Jawa, yakni apa yang disebut sebagai campursari janger. Pengaruh Bali sangat terasa pada permainan musiknya. Alat pengiringnya biasanya terdiri atas organ tunggal, suling, bonang bali (di Bali disebut reyong), kethuk, serta kendhang dan biasanya dimainkan dengan nada Bali-Balian yang agak rancak meski konsepnya tetap dalam bentuk campursari. Ya, campur-campur. Aliran ini sangat populer khususnya di Banyuwangi dan sekitarnya. Lagu-lagunya dinyanyikan dalam dialek Osing yang kental.

Kendhang Kempul

Kendhang kempul maksudnya adalah kendang dan gong kecil. Ini juga salah satu jenis campursari yang populer di Banyuwangi, bahkan sampai dikawasan tapal kuda Jawa Timur. Kendang dan kempul ini digabungkan dengan electone alias organ tunggal. Namun kendang kempul dalam perkembangannya makin mendekati genre dangdut. Penyanyi kendang kempul Banyuwangi yang populer diwilayahnya antara lain Niken Arisandi, Sumiyati, Adistya Mayasari, Yuli Astuti, Dian Ratih dan sebagainya.

Campursari Janger maupun Kendang Kempul Banyuwangi ini ternyata juga banyak digandrungi anak-anak muda, khususnya anak muda Banyuwangi yang masih menghargai kesenian lokalnya. Saya pernah minta lagu-lagu campursari janger dan kendang kempul dari salah satu mahasiswa saya yang ternyata kolektor lagu-lagu Banyuwangian. Ternyata tak kalah enak dengan campursari ala Jowo.

Kesimpulan yang bisa ditarik disini adalah campursari merupakan salah satu kesenian rakyat yang menggabungkan antara unsur tradisional terbukti dengan adanya sebagian perangkat gamelan didalamnya, dan sebagian musik moderen yang kadang menggabungkan sentuhan dangdut juga didalamnya. Campursari sebenarnyapun merupakan penyesuaian atas makin berkembangnya jaman dengan budaya populernya dan tinggal masyarakat sendiri yang menyikapinya ditengah arus modernisasi yang sebenarnya semakin mengarah pada Amerikanisasi saat ini.

Tidak banyak yang bisa saya jabarkan disini, karena masih kurangnya wawasan saya soal campursari ini, sebagai sekedar berbagi saja. Hanya saja, saya ingin agar campursari ini terus diperhatikan dan dilestarikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kegiatan Pramuka

Lirik Lagu dan Terjemahan Lagu '' Ain't My Fault- Zara Larsson''

Musik Oriental